Kamis, 26 September 2013

Filsafat Ilmu


Filsafat memiliki 3 pilar yaitu pilar hakikat, pilar estimologi dan pilar aksiologi. Dalam pandangan filsafat hanya ada dua hukum di dunia ini yaitu hukum identitas dan hukum kontradiksi. Pada hakikatnya, filsafat adalah berpikir (menuntut ilmu), artinya meng-ada-kan sesuatu yang masih mungkin ada menjadi ada.
Landasan pertama para filsuf terdahulu adalah rasa ingin tahu karena ingin mengubah mitos menjadi logos. Dan yang paling pertama diselidiki adalah alam, obyeknya adalah benda-benda alam semesta. Filsuf terdahulu ada yang berpikir bahwa bumi hanya terbentuk dari air, hanya terbentuk api atau hanya dari tanah. Filsafat adalah hidup, termasuk di dalamnya usaha, ikhtiar dan doa. Filsafat harus berhenti di area spritual, ada saatnya ketika kita berdoa maka filsafat kita harus terhenti, kita tidak sedang berpikir ketika berdoa. Manusia adalah subyek terhadap semua amal perbuatannya (predikat).
Filsafat masih sulit diterima oleh banyak orang karena menggunakan bahasa analog. Bahasa analog adalah bahasa metafisik. Filsafat adalah dimensi, filsafat mengomunikasikan dimensi yang ada, baik dimensi vertikal maupun dimensi horisontal, beberapa orang hanya nyaman pada dimensi tertentu, misalnya hanya nyaman pada dimensi spiritual. Filsafat mengomunikasikan dimensi yang satu dengan dimensi lainnya dengan menggunakan bahasa analog. Sehingga yang mengerti adalah diri kita sendiri. Karena setiap orang memiliki filsafatnya masing-masing. Kemudian mengapa manusia berfilsafat? Pertanyaan ini sama saja dengan pertanyaan mengapa manusia berpikir? Definisi filsafat menurut orang yunani adalah olah pikir, sehingga ketika manusia sedang berfilsafat sama saja dia sedang berpikir. Kita bisa buktikan lewat eksperimen, karena dalam filsafat ilmu, laboratorium bisa dilakukan dimana dan kapan saja [isi laboratorium filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada]. Eksperimen pertama, seandainya manusia hanya memiliki perasaan dan tidak memiliki pikiran, maka manusia hanya akan melakukan 2 pekerjaan yakni berkasih sayang dan berperang. Sebaliknya eksperimen kedua, seandainya manusia hanya memiliki pikiran tanpa punya perasaan, maka manusia tidak lebih hanya seperti alien ciptaan masyarakat global yang hanya memikirkan cara menguasai dunia [pembuatan senjata dengan teknologi tinggi untuk berperang].