Filsafat
memiliki 3 pilar yaitu pilar hakikat, pilar estimologi dan pilar aksiologi.
Dalam pandangan filsafat hanya ada dua hukum di dunia ini yaitu hukum identitas
dan hukum kontradiksi. Pada hakikatnya, filsafat adalah berpikir (menuntut
ilmu), artinya meng-ada-kan sesuatu yang masih mungkin ada menjadi ada.
Landasan
pertama para filsuf terdahulu adalah rasa ingin tahu karena ingin mengubah
mitos menjadi logos. Dan yang paling pertama diselidiki adalah alam, obyeknya
adalah benda-benda alam semesta. Filsuf terdahulu ada yang berpikir bahwa bumi
hanya terbentuk dari air, hanya terbentuk api atau hanya dari tanah. Filsafat
adalah hidup, termasuk di dalamnya usaha, ikhtiar dan doa. Filsafat harus
berhenti di area spritual, ada saatnya ketika kita berdoa maka filsafat kita
harus terhenti, kita tidak sedang berpikir ketika berdoa. Manusia adalah subyek
terhadap semua amal perbuatannya (predikat).
Filsafat masih
sulit diterima oleh banyak orang karena menggunakan bahasa analog. Bahasa
analog adalah bahasa metafisik. Filsafat adalah dimensi, filsafat
mengomunikasikan dimensi yang ada, baik dimensi vertikal maupun dimensi
horisontal, beberapa orang hanya nyaman pada dimensi tertentu, misalnya hanya
nyaman pada dimensi spiritual. Filsafat mengomunikasikan dimensi yang satu
dengan dimensi lainnya dengan menggunakan bahasa analog. Sehingga yang mengerti
adalah diri kita sendiri. Karena setiap orang memiliki filsafatnya
masing-masing. Kemudian mengapa manusia berfilsafat? Pertanyaan ini sama saja
dengan pertanyaan mengapa manusia berpikir? Definisi filsafat menurut orang
yunani adalah olah pikir, sehingga ketika manusia sedang berfilsafat sama saja
dia sedang berpikir. Kita bisa buktikan lewat eksperimen, karena dalam filsafat
ilmu, laboratorium bisa dilakukan dimana dan kapan saja [isi laboratorium
filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada]. Eksperimen pertama, seandainya
manusia hanya memiliki perasaan dan tidak memiliki pikiran, maka manusia hanya
akan melakukan 2 pekerjaan yakni berkasih sayang dan berperang. Sebaliknya
eksperimen kedua, seandainya manusia hanya memiliki pikiran tanpa punya
perasaan, maka manusia tidak lebih hanya seperti alien ciptaan masyarakat
global yang hanya memikirkan cara menguasai dunia [pembuatan senjata dengan
teknologi tinggi untuk berperang].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar