Keragu-raguan
Filsafat adalah olah pikir, dan olah pikir itu disarankan
untuk ragu-ragu, bimbang dan bingung tapi jangan pernah ragu dengan hati. Dalam
filsafat digunakan bahasa analog, sebab masih berhubungan dengan dunia dan hati
itu adalah urusan akhirat. Manusia tak boleh sekali-sekali meragukan akhiratnya.
Maka dari itu tetapkanlah hati sebagai komandan ketika mengarungi dunia ini.
Artinya ketika sudah mulai merasa kacau dan ragu-ragu dalam tindakan dan
beribadah maka hentikan dulu kegiatan berpikir atau berhenti untuk berfilsafat
dan intensifkan doa, kalau perlu dengan bimbingan spiritual dari ustad.
Dalam rangka untuk mengembangkan keragu-raguan di dlam
pikiran itu harus berlandaskan pada hati yang tidak boleh ada keragu-raguan di
dalamnya. Karena ketika ada setengah saja keragu-raguan dalam hati, maka itu
sudah ada syaitan.
Cara filsuf menyebarkan filsafatnya hingga terkenal
Para filsuf terkadang tidak merasa bahwa dia sedang
berfilsafat, dia hanya merasa berkarya saja atau berpikir saja. Contohnya
Socrates, tak pernah sekalipun dia berpikir sedang berfilsafat tapi dia hanya
ingin mencari kebenaran saja, memikirkan segala
kebenaran dibalik fenomena alam terutama filsafat manusia. Kemudian oleh
muridnya, Plato disalinlah biografinya Socrates. Ternyata menurut kategori
sekarang ini apa yang dipikirkan Socrates termasuk metodologi berfilsafat,
yakni dengan terus-menerus mengajukan pertanyaan. Namun ada juga yang memiliki
kesadaran berfilsafat tapi tidak semata-mata karena dia ingin menjadi filsuf
besar. Contoh lainnya Imanuel Kant yang hanya sekedar mencari solusi dari
keadaan dimana saat itu terjadi pertentangan hebat antara kaum empiris dan kaum
rasional. Imanuel Kant mengeluarkan 3 buku untuk menyebarkan pandangan
filsufnya. Secara umum bukunya membahas tentang berpikir kritis. Para filsuf
biasanya menyebarkan ilmu filsafat lewat tulisan-tulisannya. Namun tokoh-tokoh
filsuf Indonesia itu tidak terlalu banyak yang tahu, sebab tidak ditemukannya
karya-karya mereka (tulisan-tulisan mereka). Contoh filsuf Indonesia adalah
Jangka Jayabaya.
Memilih Filsafat Yang
Tepat
Sebagai seorang pemula, belum bisa memilih sebab harus
mengenal tokok-tokoh filsafat dulu, selanjutnya punya pengetahuan yang luas,
dan terakhir adalah mampu. Caranya adalah denga banyak-banyak membaca buku
filsafat. Namun adalah filsafat yang tidak harus langsung segera dibaca yakni
filsafat Perenial, sebab filasat ini berusaha membuat satu agama baru dengan
cara mensejajarkan semua agama di muka bumi ini dan membandingkannya satu per
satu. Yang hasilnya nantinya akan menjadi unik. Jika belum banyak membaca
filsafat yang lain makan jangan membaca filsafat ini dulu, karena nantinya akan
menimbulkan kebingungan. Contoh radikal, kata-kata yang berbunyi “Matinya
Tuhan”, bagi orang awam yang belum banyak membaca buku filsafat, kata-kata
“Matinya Tuhan” itu sangat menyakitkan, aneh dan mengejutkan. Tapi bagi orang
yang sudah belajar filsafat dan banyak membaca buku filsafat, kata-kata itu
biasa saja dan tak masalah sebab dia bagian dari bahasa analog. Dalam filsafat,
“Matinya Tuhan” berarti tentang kematian
Tuhan dalam diri manusia. Contohnya : manusia yang sudah lupa pada sholatnya,
ini termasuk tanda-tanda adanya gejala kematian Tuhan dalam diri manusia. Jadi
bukan dalam artian yang sesungguhnya. Sehingga dalam mempelajari filsafat juga
dibutuhkan sikap hati-hati, harus disesuaikan dengan ruang dan waktunya.
Diantara semua filsuf, Imanuel Kant adalah filsuf paling
lengkap sebab filsafatnya itu diibaratkan sebagai muara. Muara selalu di warnai
oleh dua sungai, oleh karena itu sangat strategis. Jika seseorang ingin belajar
filsafat, dari sungai manapun pasti akan ketemu dengan sungai yang lain, tergantung
dengan perahu, dayung dan arahnya. Contoh kongkritnya, misalkan jika mengambil
jurusan filsafat dan memilih desertasi tentang Socrates pasti nantinya akan
bertemu juga dengan Imanuel Kant, Plato, dan lain sebagainya. Hal ini
dikarenakan filsafat itu lebih dari sekedar kualitatif, lebih cair dari air,
lebih beruap dari pada uap. Pikiran filsuf bisa sangat cepat dan menyebar
kemana-mana padahal filsuf hanya manusia biasa, bagaimana sang Kuasa, jika
makhluk ciptaan-Nya saja mampu melakukan hal ini. Subhanallah.
Pokok persoalan filsafat adalah sulitnya menjelaskan apa
yang terjadi di dalam pikiran manusia. Karena apa yang dipikirkan ada di dalam
pikirannya, maka persoalannya adalah bagaimana manusia itu mampu menjelaskan
kejadian yang berlangsung dalam pikirannya pada orang lain. Sedagkan jika itu
berada di luar pikiran manusia, maka kesulitannya adalah bagaimana manusia itu
mampu memahaminya. Sehingga bagi seorang dosen filsafat itu, bukan alirannya
yang penting, tapi lebih melihat pada implikasi-implikasi yang bermanfaat
Konsep Positivisme
Comte
Kaum positivisme tidak percaya pada filsafat. Comte ingin
memutuskan sejarah, beliau berpendapat bahwa berhentilah berfilsafat, karena
jalan pikiran filsuf terlalu bertele-tele, beliau lebih memilih berpikir praktis
tentang kepentingan hidup dan membangun dunia baru. Dunia baru yang dipikirkan
Comte itu berada di bawah spiritual, di atas tradisional dan modern. Dunia
spiritual dianggap menghambat kemajuan peradaban manusia, karena sebagian
spiritual itu dianggap tidak logis. Hal ini merupakan cikal bakal ilmu
pengetahuan segala bidang ilmu yang namanya selalu diikuti oleh kata “ilmu”
atau “logi”. Contohnya psikologi, biologi, geologi dan lain sebagainya
merupakan derifat dari positivisme dan pokok pangkalnya terpinggirkannya agama.
Dan pada akhirnya berubah menjadi Kapitalisme yang berpusat pada negara-negara
barat khususnya Amerika Serikat. Kapitalisme berwajah empat yakni
neokapitalisme, pragmatisme, utilitirian dan hedonisme. Bijaksana orang barat dan orang timur itu
berbeda, orang barat dikatakan bijaksana jika ia mampu mencari sedangkan orang
timur dikatakan bijaksana jika ia mampu memberi.
Cara mentransformasikan ilmu filsafat
Filsafat bukan disampaikan, tapi manusia itu sendiri yang
menciptakannya dengan cara banyak membaca. Filsafat juga tidak harus
dihafalkan.
Hubungan filsafat dan liberal
Liberalisme adalah bagian dari politik, termasuk juga
Fondamentalist, sedangkan bagian filsafatnya adalah fondasinalisme. Dalam politik
pendidikan ada liberalisme juga.