Sabtu, 11 Januari 2014

Membangun Dunia, Membangun Pengetahuan, Membangun Hidup dan Membangun Pendidikan Matematika

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari segala yang ada dan yang mungkin ada. Belajar filsafat adalah belajar memahami pikiran para filusuf. Segala yang ada dan yang mungkin ada ada filsafatya. Sebagai calon guru matematika maka kita harus mengenal filsafat pendidikan matematika. Agar nantinya kita dapat menjalankan amanah sebagai seorang guru dengan baik dan benar-benar bisa mempertanggung jawabkan dari segala hal yang kita lakukan. Hal tersebut merupakan salah satu manfaat dari belajar filsafat pendidikan matematika.
Jika kita membangun dunia dengan filsafat, maka kita tidak terlepas dari penerapan filsafat itu sendiri. Misalnya dalam matematika kita mengenal mengenai ax2, maka dalam hal ini kita melakukan intuisi 2 dalam 1, sedangkan ketika kita menambahkannya dengan bx, maka pada saat itu kita fokus terhadap bx, tetapi saat itu pula kita masih memikirkan ax2. Atau dalam hal lain kita juga mengenal bahwa sebuah bilangan apabila dibagi dengan tak hingga maka hasinya adalah nol. Kita dapat menterjemahkan ini kedalam filsafat, sebuah bilangan yang dimaksud dapat kita isi dengan bilangan berapapun, dalam hal ini dapat kita terjemahan sebuah bilangan tersebut dengan dosa-dosa kita, sedangkan tak terhingga dapat kita terjemahkan seringnya kita meminta maaf dan nol dapat kita artikan dengan keadaan suci.
Dalam matematika kita juga mengenal bahwa sebuah bilangan di pangkatkan nol maka hasilnya adalah satu. Dalam hal ini dapat kita terjemahkan bahwa nol adalah keikhlasan dan satu adalah keesaan Tuhan, hal ini berarti setinggi-tinggi derajat manusia adalah manusia yang ikhlas.
Membangun Dunia
            Untuk membangun dunia, manusia harus tahu dulu, dunia seperti apa yang diinginkannya? Serta apa tujuan keberadaannya di dunia yang dia bangun itu? Serta ontologi, epitemologi dan aksiologi dunia itu. Dunia kita bukan hanya dunia fisik tapi juga dunia hayat. Konsep dunia sebenarnya jauh lebih luas dari pada apa yang bisa kita lihat saat ini. Saat mempelajari ilmu filsafat, diketahui bahwa lingkup filsafat mempelajari yang ada dan yang mungkin ada. Alam semesta/dunia yang terjangkau secara fisik, mungkin hanya bagian kecil dari keseluruhan dunia. Manusia adalah mahluk terbatas, sehingga dunia yang bisa dibangunpun mungkin bisa disebut dunia yang terbatas. Konsep ruang dan waktu menyebutkan bahwa manusia berpindah dari area kehidupan yang satu ke area kehidupan lainnya. Dunia sebagai keseluruhan, menurut pandangan filsafat klasik, adalah bidang dari segala bidang-bidang lainnya. Dunia adalah jaringan dari keseluruhan, namun manusia tidak akan pernah bisa memahami ini, karena pengetahuan manusia selalu terbatas.
    Akibatnya banyak manusia kini kehilangan pegangan, karena panduan dunia yang utuh dan menyeluruh telah menghilang. Keyakinan akan kebenaran mutlak dipertanyakan ulang. Sebaliknya imajinasi dan kreativitas justru meningkat, guna mengisi kekosongan yang telah ditinggalkan. Tidak ada pilihan lain, kecuali manusia menjalani ini semua dengan penuh kesadaran dan kebebasan. Dunia manusia, adalah dunia mental yang beragam, terhubung, namun tetap saling berbeda. Tidak ada dunia yang satu, utuh, menyeluruh dan benar secara mutlak. Hal ini berlaku tidak hanya di dalam ranah ilmu pengetahuan, tetapi juga agama. Manusia hanya mampu merumuskan gambarannya tentang Tuhan melalui pengalaman imannya, tetapi tidak pernah dapat sungguh memahami, apa itu Tuhan sejatinya. Karena dunia begitu luasnya sehingga sulit untuk membayangkannya, begitupun dengan pikiran manusia, walaupun secara fisik hanya terlihat sebagai segumpal otak, namun kemampuannya menjelajah lebih dari apa yang bisa dibayangkan oleh manusia.
Dalam membangun dunia, manusia dengan segala keterbatasannya mungkin bisa memulai dengan berpikir kritis dan melakukan olah pikir yang dilanjutkan dengan refleksi. Saat berpikir, manusia mampu berimajinasi dan mencipta kreatifitas dalam pikirannya. Tapi tetap sesuai dengan kadar keterbatasannya. Manusia mampu membangun atau mengembangkan potensi rasa dan karsa. Manusia, masing-masing memiliki dunia yang mereka ciptakan sendiri, setiap manusia punya cerita. Dan walaupun manusia terbatas, manusia juga memiliki kebebasan untuk menciptakan hal-hal baru secara kreatif, dan tanpa batas. Jika kita membentuk setengah dunia dengan ekstensif maka separuh dunia yang lain adalah tidak ekstensif dan jika kita membentuk separuh dunia dengan intensif maka separuh dunia yang lain adalah tidak intensif. Tidak ekstensif dan tidak ekstensif membangun dunia yang tidak ontologi. Maka sebenar-benar kita membangun dunia ontologi hanya mencakup separuh dunia karena separuh dunia yang lain adalah tidak ontologi. Jika kita ingin membangun dunia epistemologi hanyalah mencakup separuh dunia, karena separuh dunia yang lain adalah tidak epistemologi. Untuk lebih memahami bahwa separuh dunia yang kita pelajari adalah aksiologi dan separuh dunia yang lain adalah tidak aksiologi maka kita perlu mengkaji dari dunia-dunia yang lain. Misalnya ketika kita bicara mengenai hakekat sebuah objek, maka kita akan bertemu bahwa hakekat objek tersebut mengandung unsur baik sekaligus buruk dan unsur benar sekaligus salah. Ketika kita bicara mengenai fatal dan vital, maka kita akan memahami bahwa fatal dan vital memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Maka setiap unsur yang kita pelajari membangun dunianya dengan baik dan buruk atau dengan benar dan salah. Maka sebenar-benar jika kita membangun dunia dengan aksiologi hanyalah mencakup separuh dunia, karena separuh dunia yang lain adalah tidak aksiologi. Jadi untuk membangun dunia kita masing-masing secara lengkap, maka kita harus mengharmonikan segala yang ada dan yang mungkin ada. Ketika membangun dunianya, manusia memerlukan ilmu pengetahuan.
Membangun Pengetahuan
Dalam filsafat ilmu, pengetahuan sering dikaitkan dengan epistemologi, namun pengetahuan itu akan menjadi lengkap jika diketahui aspek ontologi dan aksiologinya juga. Dalam membangun pengetahuannya, manusia menempuh berbagai hal, baik yang disadari maupun yang tak disadarinya. Pengetahuan bisa diperoleh dari mana saja. Manusia mampu membangun pengetahuan yang diperolehnya, berdasarkan pengalaman yang dialaminya, seperti kata pepatah bahwa “kita bisa belajar sesuatu dari pengalaman”. Selain pengalaman, kebiasaan juga bisa membantu membangun pengetahuan, terutama kebiasaan membaca. Manusia bisa karena terbiasa. Ketika membangun pengetahuan, diperlukan pembenaran secara umum, oleh karena itu perlu adanya pihak-pihak luar yang terlibat.Untuk memperoleh pembenaran umum atas pembangunan pengetahuannya, manusia memerlukan bahasa dan kemampuan berpikir secara rasional, logis dan sistematis. Dengan bahasa, manusia mampu mengkomunikasikan secara efektif jalan pikiran atau kerangka pikir serta segala penemuan dari produk pikirannya kepada manusia lain. Selanjutnya kemampuan berpikir secara rasional, logis dan sistematis membantu manusia dalam hal bernalar. Namun tidak semua kegiatan bernalar manusia berdasarkan penalaran ilmiah, ada juga yang disebut sebagai intuisi. Dari kumpulan pengetahuan hasil olah pikir, manusia mendapatkan ilmu. Maka hasil dari membangun pengetahuan bisa dikatakan adalah ilmu. Jika manusia tahu kebenaran yang mendasar tentang segala sesuatu, maka itulah inti pengetahuan. Ketika membangun pengetahuannya, maka manusia juga membangun hidupnya.
Membangun Hidup
Dalam menjalani hidup ini pastilah kita mempunyai rencana-rencana untuk meraih sebuah tujuan hidup kita. Rencana itu lahir dari sebuah pemikiran. Tetapi tidak semua yang kita rencanakan akan berjalan seperti apa yang telah kita rencanakan.bahkan terkadang apa yang kita lakukan bertolak belakang dengan rencana awal kita. Karena pemikiran kita mencakup hal yang ada dan yang mungkin ada. Dan banyak kemingkinan hambatan-hambatan yang akan terjadi sehingga akan mempegaruhi ketercapaiannya rencana kita. Maka sebenar-benar apa yang kita lakukan tidak mencakup semua yang kita rencanakan.
   Manusia mampu membangun hidupnya berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya. Untuk hidup dengan baik dan benar, manusia harus punya tujuan hidup. Sehingga dalam membangun hidupnya, manusia terlebih dahulu harus memikirkan tujuan hidupnya, misalnya apakah manusia harus hidup dengan hanya mengikuti arus yang mengalir atau sesekali melawan arus. Ada 3 sifat manusia yang ditinjau dari filosofi hidupnya, yaitu: (1) manusia yang lemah, (2) manusia yang netral dan (3) manusia yang kuat. Manusia yang lemah adalah manusia yang tidak mempunyai tujuan hidup yang kuat, manusia ini tidak tahu untuk apa dia hidup dan tidak berusaha mengetahui kebenaran di balik fenomena sehingga terkadang baik atau buruk dapat di jalaninya. Manusia yang netral adalah manusia yang mempunyai tujuan dan prinsip hidup, namun tidak cukup kuat. Manusia ini berusaha mencari kebenaran di balik fenomena dan sekaligus hidup dalam kebijakan dan kebenaran, manusia jenis ini bebas dan netral, tidak kurang dan tidak lebih. Manusia yang kuat adalah manusia yang memegang kuat tujuan dan prinsip hidupnya, sehingga manusia ini sanggup melakukan apa saja, demi tercapai tujuan tersebut. Manusia jenis ini merasa lebih unggul dari pada manusia lain.
   Sesungguhnya setiap manusia memiliki prinsip dan tujuan hidup yang baik ketika berusaha membangun hidupnya. Namun banyak faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pembangunan hidup manusia. Pengaruh paling besar adalah panca indera, terutama pendengar dan pelihat. Manusia mudah sekali dipengaruhi melalui kedua panca indra ini. Oleh sebab itu manusia harus bisa mengendalikannya dengan baik. Ketika prinsip dan tujuan hidupnya telah diputuskan dengan baik, maka manusia akan akan mampu membangun serta menata hidupnya ke arah yang lebih baik lagi.
Dalam menjalani hidup ini pastilah kita mempunyai rencana-rencana untuk meraih sebuah tujuan hidup kita. Rencana itu lahir dari sebuah pemikiran. Tetapi tidak semua yang kita rencanakan akan berjalan seperti apa yang telah kita rencanakan.bahkan terkadang apa yang kita lakukan bertolak belakang dengan rencana awal kita. Karena pemikiran kita mencakup hal yang ada dan yang mungkin ada. Dan banyak kemingkinan hambatan-hambatan yang akan terjadi sehingga akan mempegaruhi ketercapaiannya rencana kita. Maka sebenar-benar apa yang kita lakukan tidak mencakup semua yang kita rencanakan.
Membangun Pendidikan Matematika
  Ketika manusia telah mampu membangun dunia, pengetahuan dan hidupnya, maka manusia juga mampu membangun pendidikan matematikanya. Dalam proses pembangunannya, manusia harus mampu membedakan ontologi, epistemologi serta aksiologi antara pendidikan matematika dan matematika murni. Pada pendidikan matematika, manusia berusaha diajarkan didikan matematika sebagai bagian dari membangun pengetahuan, hidup dan juga dunia. Semuanya saling terkait satu sama lain, pendidikan berkepentingan membangun hidup, pendidikan juga berkepentingan membangun pengetahuan, dan hidup serta pengetahuan berkepentingan membangun dunia.
Untuk membangun pendidikan matematika, manusia perlu mengetahui ontologi pendidikan matematika, epistemologi pendidikan matematika serta aksiologi pedidikan matematika. Ontologi dapat kita pahami sebagai hakekat dari sesuatu, untuk memahami hakekat dari sebuah unsur maka kita perlu berfikir ekstensif dan intensif. Epistemologi adalah metode dalam mempelajari suatu unsur. Dalam mempelajari sesuatu terkadang ada sumber-sumber yang mendukung apa yang kita pelajari, tetapi tidak semua hal yang kita pelajari mempunyai sumber. Aksiologi dapat kita artikan sebagai manfaat dari sesuatu yang kita pelajari. Setiap hal yang kita pelajari pasti memiliki unsur baik atau tidak baik maupun benar atau salah.
Begitu banyak penerapan filsafat dalam pendidikan matematika, maka kita harus senantiasa belajar dan belajar, agar kita bisa menstransformasikan dunia, dari dunia satu kedunia yang lain, begitu pula dalam belajar filsafat pendidikan matematika. Setinggi-tingginya belajar filsafat pendidikan matematika ialah sampai pada keadaan dimana pada akhirnya siswa sebagai matematika yaitu siswa sendiri yang membangun konsep matematikanya dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Sumber:


1 komentar: